Friday 23 November 2012

Berawal dari Lembaran Kertas Arab

Mana yang lebih anda butuhkan, buku atau Tablet ? belajar bukan hanya kegiatan yang dilakukan dalam ruang hampa namun kini belajar bisa kita lakukan secara fleksible.Dengan perkembangan tekhnologi yang semakin pesat.Kini seseorang dapat menggali pengetahuan dan beberapa informasi aktual secara cepat dengan menggunakan BukuTablet.


BukuTablet merupakan buku digital pertama di Tanah air, dimana dengan alat itu dapat nampak berbagai halaman yang berisikan informasi keilmuan yang gunanya sama seperti buku.Berbeda dengan Tablet pada umumnya. BukuTablet hanya berfungsi seperti buku tidak difungsikan sebagai alat komunikasi.Tablet PC yang kita kenal biasanya dapat digunakan sebagai alat komunikasi tidak sama halnya pada alat ini.Ada berbagai masalah dalam penggunaan itu lumrah.
walaupun BukuTablet menggunakan EPUB  yang sifatnya sangat flexible namun alat ini tetap memiliki kekurangan.Namun suatu saat kita menyadari buku bacaan itu lebih penting dari pada Tablet ini atau laptop sekalipun.Karena buku itu akan tahun puluhan tahun dan dapat diwariskan beda halnya dengan alat yang sama kegunaannya seperti buku bacaan namun kelak akan menjadi barang rusak.


Minimal, sebagai Mahasiswa harus ada satu pegangan untuk satu mata kuliah - Ust Asep.Sudahkan anda memiliki buku dari tiap mata kuliah ? Beliah menceritakan pengalamannya selama kuliah di UIN SGD.Walaupun kuliah di jurusan syari'ah karena ketulusan pengabdianny pada sebuah Madrasah, Ia pun menjadi Guru yang mengajar khusus di bahasa Arab.Suatu ketika muridnya butuh buku panduan belajar.Beliau berikan lembaran,kadang selembar, kadang dua lembar yang isinya mahfudzot dan kosa kata.Hingga akhirnya Beliau membuat buku panduan, lumayan bisa menjadi tambahan untuk menafkahi keluarga.Tiap perkataannya kini adalah ilmu, dan ilmu itu selalu diibaratkan sebagai sebuah shadaqoh.
Pesan Ust.Asep : meminta apa pun itu pada Allah jangan setengah - setengah, yakinlah bahwa do'a mu kan terkabulkan.Segala sesuatu itu tak ada yang dapat disangka - sangka.Semua yang diinginkannya terkabulkan beberapa tahun silam.Keinginannya memiliki komputer,Allah berikan laptop.Keinginan memiliki istri pun, Ia dapatkan tanpa harus berpacaran dahulu.

     

Monday 19 November 2012

Latihan Dasar Kepemimpinan Organisasi (LDKO)



Hima PBA mengikuti LDKO yang diadakann oleh SEMA FTK.Pembukaan latihan dilaksanakan di Gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (16/11).Kegiatan ini telah berjalan tiga hari dua malam di Alam Santosa Pasir Impun.Ditinjau dari segi pendanaan rasanya kegiatan ini tidak terlalu logis.Karena cukup dengan 40rb per-orang saja.Peserta mendapatkan setengah uang transfortasi,tempat tinggal dan dana untuk materi pun terasa kurang logis.Peserta kegiatan terdiri dari Exs oficio, Kabid serta Sekbid Hima se-Fakultas Tarbiyah kurang lebih berjumlah 78 orang.
Dalam sambutan PD III Hasan Basri mengemukakan bahwa "Maju mundurnya sebuah organisasi itu tergantung pada ketuanya".Hingga pelatihan ini sengaja di eksklusifkan hanya bagi para controling dalam organisasi.Seperti tercantum dalam tema "internalisasi nilai-nilai kepemimpinan Upaya Terbinanya Organisatoris yang Berkarakter Pemimpin dan Profesional".Dan semoga peserta yang telah mengikuti LDKO dapat berubah mencari sosok yang profesional.
Sebelumnya, peserta mengikuti screening guna memfilterisasi peserta yang serius ingin mengikuti LDKO.Screening terakhir berlangsung di sekre senat FTK yang lokasinya bersebelahan dengan sanggar pramuka.Andragogik pun menjadi sistem pelatihan kepemimpinan dimana seorang peserta lebih berperan aktif dari pada panitia.Sampai pencarian dana untuk pergi menuju lokasi, peserta harus merasakan pahitnya mencari uang.Sebagian mereka meminta sumbangan pada orang/pedagang,mengepel terlebih dahulu dan ada pula yang papalidan.Salah satu tujuan LDKO mensinergikan seluruh HIMA yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. [Kefi_Pers HIMAPBA]
Rekapitulasi nilai keseluruhan dari Latihan Dasar Kepemimpinan Organisasi silahkan > download  

Thursday 15 November 2012

Teaching With Love

Saat masih duduk di bangku sekolah adalah masa indah yang sangat berkesan dan tak terlupakan. Persahabatan yang terjalin indah dengan banyak teman, kompak, akrab, penuh canda tawa, melakukan kegiatan kesenian, olahraga dan berbagai kegiatan lainnya, memperkaya pengalaman batin. Tentu saja yang paling berkesan adalah proses belajar mengajar dan guru-guru yang tulus ikhlas mendidik kami. Pengalaman itu terus membekas dan menjadi bekal yang sangat berharga untuk merintis masa depan.
Dulu, sekitar tahun 70-80 an, kami sangat merasakan betapa guru-guru saat itu mengajar dengan tulus dan sepenuh hati. Memang terkadang mereka terkesan galak, pemarah dan tegas, tapi kami paham maksudnya, benar-benar agar murid-murid serius belajar, agar pelajaran yang diajarkan betul-betul terpatri di otak peserta didik.
Hingga kini, setelah 40 tahun berlalu, bekal ilmu yang diberikan guru-guru kami tersebut masih berbekas dalam hati dan pikiran, menjadi bekal yang tak ternilai dalam meniti karir sepanjang hidup. Hingga kini, kami selalu rindu untuk bisa berkumpul dengan guru-guru yang umumnya telah tua dan pensiun. Kami sangat menghormati mereka, betul-betul seperti orang tua sendiri. Beberapa di antaranya telah dipanggil menghadap Sang Khaliq, doa selalu kami kirimkan untuk beliau.
Mungkin itulah yang dimaksud Prof. DR. Theodoro Llydon C. Bautista dengan istilah “Teaching With Love”. Tema itu dibahas profesor dari University of Philipine atas prakarsa STKIP Adzkia di aula BI pekan lalu.
Lebih lanjut menurut profesor muda yang baru berusia 40 tahun ini, murid yang dididik dengan rasa cinta dan kasih sayang (Teaching With Love) juga akan memberikan cinta dan kasih sayang kepada lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Saat terjadi bencana besar gempa dan tsunami di Jepang tahun lalu ada belasan ribu warga yang meninggal, ratusan ribu warga mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. Suasana waktu itu sungguh-sungguh kacau dan tak bisa dicerna oleh pikiran yang waras.
Namun untunglah ada sekitar 300.000 relawan dari berbagai perguruan tinggi di Jepang terjun langsung ke lokasi bencana. Mereka dengan sukarela ikut membantu dan dengan cinta dan kasih sayang merawat dan menangani para korban yang umumnya lansia dan anak-anak. Musibah itu akhirnya bisa diatasi dengan baik tanpa banyak masalah.  Cinta dan kasih sayang itu telah ditumbuhkan sejak mereka masih duduk di bangku sekolah.
Bautista juga mencontohkan beberapa pemukiman kumuh, daerah-daerah bronx dan miskin berhasil ditata menjadi pemukiman asri dan nyaman. Semua itu berhasil dilakukan dengan kerjasama, kepedulian dan kasih sayang sesama manusia.
Kini, banyak orang tua murid yang mengeluhkan tak banyak lagi guru yang mengajar dengan cinta, kasih sayang dan ketulusan (Teaching With Love) seperti dulu. Guru seolah-olah mengajar hanya sekadar menjalankan tugas. Siswa sering terlantar karena guru sangat sibuk, menyelesaikan kuliahnya, mengurus akreditasi, mengurus BOS, sampai mengurus pembangunan fisik sekolah dan urusan-urusan lain yang di luar kewajiban mereka.
Ada kekhawatiran fenomena inilah yang merupakan salah satu penyebab seringnya timbul tawuran bahkan yang sangat tragis, yaitu adanya pelajar yang sampai membunuh pelajar lain. Subhanallah…
Apakah apa yang dikeluhkan masyarakat itu benar terjadi? Tentu perlu dievaluasi lagi. Jika memang terjadi, tentu harus segera diperbaiki. Tentu kita ingin mencegah dan memperbaiki agar hal-hal yang lebih buruk tidak terjadi lagi, sebelum terlanjur. Kita semua tentu tidak ingin kehilangan generasi masa depan (lost generation), itu disebabkan karena kesalahan dan dosa kita. Mari berubah dan lakukan yang terbaik.

Sumber: DAKWATUNA

Saturday 10 November 2012

Mahasiswi PBA Raih Piala Festival Kebudayaan Arab

Dua mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab mendapatkan Juara I dan II kategori Olimpiade pada Festival Kebudayaan Arab 2012 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Univ. Gajah Mada (UGM) pada tanggal 5-7 November 2012.Iis Nuraisiyah Jamilah memperoleh juara I Lomba Essay dan Presentasi Kategori mahasiswa,  dan Evi Nurihsani memperoleh Juara II Lomba Essay Bahasa Arab Kategori Mahasiswa. Keduanya merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab semester VII.

Festival tersebut diikuti lebih dari 24 universitas dan sekolah tinggi di seluruh indonesia, keduanya bersaing dengan para mahasiswa yang juga berasal dari universitas di Jawa Barat, seperti mahasiswa dari UNISBA, UNPAD, UPI dan UNPAS.